Kamis, 28 Februari 2013

Motivasi Berdasarkan Perperskif ( Santrock, 2008)


ANGGOTA KELOMPOK :
            Kurnia Boby Safarov Hasibuan  (12-054)
            Natassa Febrini                               (12-080)
            Annisa Avinda Ahmad                   (12-102)
            Arif Mubarakallah                         (12-122)


PERSPEKTIF TENTANG MOTIVASI
Perspektif Behavioral

Perspektif behavioral menitik beratkan pada reward dan punishment eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi seseorang. Insentif adalah peristtiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memeotivasi perilaku seseorang. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang baik dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak baik.
Insentif yang dipakai guru di kelas antara lain nilai yang baik, yang memberikan indikasi tentang kualitas pekerjaan murid, dan tanda bintang atau pujian jika mereka menyelesaikan suatu tugas dengan baik. Insentif lainnya antara lain memberi penghargaan atau pengakuan pada murid – misalnya memamerkan karya mereka, memberi sertifikat prestasi, memberi kehormatan, atau mengumumkan prestasi mereka. Tipe insentif lainnya difokuskan pada pemberian izin kepada murid untuk melakukan sesuatu yang spesial, seperti aktivitas yang mereka inginkan, sebagai ganjaran atas hasil mereka yang baik. Insentif ini berupa jam istirahat lebih, izin memainkan game di komputer, perjalanan, atau bahkan pesta.
Contoh: Orang tua mengajari anaknya dalam bentuk reward, setiap kali anaknya berbuat baik maka anak itu akan di beri reward. Dengan demikian dia akan termotivasi untuk terus berbuat baik.

Perspektif Humanistik

Perspektif humanistik menitik beratkan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih tujuan mereka. Perspektif ini berhubungan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Menurut Hierarki Kebutuhan Maslow, kebutuhan individual harus dipuaskan dalam urutan sebagai berikut :

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjv5hv8ALHNf8t7viWDeHrFtUxVGU12gmJWLM5DvhgFWnf3HUFpgLIGu44a1vu4_lRzR1Fxsa6m6HtbVBv3ng42uQ85tFCSQLQQkzvHdeBbthpZA0mGgA8FWa_O-VaIL_ofEjMViDzM5Rba/s200/maslow1.png
· Fisiologis : lapar, haus, tidur
· Keamanan (safety) : bertahan hidup, seperti perlindingan dari perang dan kejahatan
· Cinta dan rasa memiliki : keamanan (seurity), kasih sayang, dan perhatian dari orang lain.
· Harga diri : menghargai diri sendiri
· Aktualisasi diri : realisasi potensi diri

Contoh: Seorang anak akan lebih termotivasi dan aktif dalam belajarnya apabila diberikan fasilitas kendaraan ke sekolah  dibandingkan dia harus naik angkot / antar-jemput.

Perspektif Kognitif

Menurut perspektif kognitif, pemikiran murid akan mengarahkan motivasi mereka. Minat ini berfokus pada ide-ide motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka (persepsi tentang sebab-sebab kesuksesan dan kegagalaan, terutama persepsi bahwa usaha adalah faktor penting dalam prestasi), dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif.
Jadi, perspektif behavioris memandang motivasi sebagai konsekuensi dari insentif eksternal, sedangkan perspektif kognitif berpendapat bahwa tekanan eksternal seharusnya tidak dilebih-lebihkan. Perspektif kognitif merekomendasikan agar murid diberi lebih banyak kesempatan dan tanggung-jawab untuk mengontrol prestasi mereka sendiri.
Perspektif kognitif tentang motivasi sesuai dengan gagasan R.W. White (1959), yang mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien. 
Contoh: Seorang Mahasiswa yang sedang menjalin hubungan cenderung akan berprestasi dalam belajarnya ketika ia bahagia menjalin hubungan dengan pasangannya. Akan tetapi jika ia tidak bahagia dalam hubungannya (patah hati) maka akan sangat berpengaruh pada prestasi belajarnya, prestasinya akan buruk dan ia tidak memiliki semangat atau motivasi lagi.

Perspektif Sosial

Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman, yaitu kebuthuhan sosial, teman, dicintai dan mencintai serta diterima dalam pergaulan kelompok karyawan dan lingkungannya. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat,keterikatan mereka dengan orangtua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru.
Contoh: Seorang mahasiswa yang senang berteman dengan mahasiswa lain karena teman-temannya yang baik akan termotivasi untuk sering datang ke kampus (kuliah) karena ia merasa nyaman saat dia bersama teman-temannya dan itu dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

Jumat, 22 Februari 2013

Realitas Kehidupan Penjudi


Hai semua para gooners semua
Nama saya Kurnia Boby Safarov Hasibuan
Inilah Postingan pertama saya
mudah-mudahan menambah ilmu para pembaca semua

Judi ( Di Kepala Manusia )



Realita kehidupan masa kini!,

Ada pepatah yang mengatakan "Tidak ada yang kaya karena judi.!" tapi, nyatanya masih banyak yang berjudi dalam kehidupannya?

Sejarah Permainan Judi
Judi adalah salah satu penyakit jiwa manusia yang terbilang tua, dan sampai sekarang permainan ini semakin canggih, yaitu Judi lewat internet. jelas banyak sekali. Casino internet ini, kabarnya semuanya ilegal karena tidak punya surat izin. Hambatan untuk main di casino lewat internet itu rendah, yang penting punya komputer dan bisa akses ke internet. Dan hanya in logged dan mempunyai creditcard. Menurut survey pemain di internet sepertiganya lewat jaringan kantor, jadi mereka bermain waktu jam kantor.
Fakta menunjukan bahwa Perjudian sudah ada sejak zaman purbakala, sudah dikenal dan digemari. Artkolog menemukan lukisan-lukisan di guci (vas), dan didinding goa yang melukiskan ‘dewa-dewa’ sedang bermain judi (taruhan) dengan alat tulang domba atau anjing. Dan kenyataan itu didapati usia lukisan dinding itu berumur 40 ribu tahun, dan judi dengan alat tulang, lebih tua dari dadu, karena usia dadu baru 3000 tahun sebelum Masehi. bahkan suku di Arab sampai sekarang masih ada yang memainkan judi dengan peralatan dari tulang.

Main kartu dasarnya dari Cina di abad ke 12. di lingkungan ini cepat menjadi populer permainan ini karena bisa bermacam macam variasi. Di Eropa waktu abat ke 18 dan 19 sangat populer, pemerintahnya pernah mencoba melarangnya. Di Inggris untuk permainan ini dipajakkan. Mereka membuat sesuatu sistem dengan cara, semua kartu bisa di jual bebas. Kecuali AS daun waru. Ini harus beli dari pemerintah. Tentu maksud dari kebijakan ini, untuk mengendalikan kepopulernya. Main kartu umumnya tidak dilihat sebagai ‘game of chance’. Ada beberapa dengan latihan bisa menguasainya dan menjadi trampil dan bisa mempengaruhi hasilnya. Main kartu dengan yang jelas ada ‘game of chanc’e antara lain black jack (21) atau poker.

Lotere, ini ada pada jaman Rumawi. Lotere ini dikenal sampai sekarang sebagai kertas berhadiah, itu berasal dari pesta-pesta para kaisar, yang menghamburkan kertas/surat ke masyarakat. Beberapa lembaran itu, berhadiah untuk memenangkan minyak, uang, gandum dan lain-lain. Itu sebagai lotere gratis.
Lotere yang dibeli dengan uang, pertama lahir pada Abad ke 16 di kota Genua, Italia pada zaman itu sudah aturan setiap setengah tahun 5 orang dari 90 anggota pemerintahan tertinggi di ganti. Dengan secepatnya masyarakat ikut menebak siapa 5 orang itu. Dari daftar 90 anggota, mereka harus kasih tanda lima nama dan pasang uang taruhan. Jadi untuk pemenang, harus ada beberapa nama yang kena. Lama-lama ini diganti dengan nomor jadi bukan memakai nama langsung, disinilah lahirnya lotto.
Zaman sekarang orang membeli lotere/ lotto untuk mendapatkan keberuntungan, siapa tahu, lembaran yang berisi angka-angka yang dibeli akan keluar sebagai pemenang. Judi Lotto juga di Indonesia akhirnya dilarang. Tetapi orang masih main dengan lotto secara sembunyi-sembuyi baik lotto lokal, atau lotto negara tetangga.

Roulette, pertama kalinya popular di cafe-cafe Italia. Casino yang dibangun dengan suasana yang lux, glamor khas suasana kesenangan orang kaya kelas tinggi, para bangsawan, dibangun pertama kali di Monaco tahun 1863.

Macam- macam tipe Penjudi
1. Penjudi rekreasi. pemain ini datang untuk kesenangan dan bukan hanya untuk main. Plesir, kegemparan dan sekali kali menang dan dia merasa senang. Kerugian mudah dikontrol makanya mainnya hanya bersifat iseng saja. Pemain tipe ini, tahu waktu dan kapasitas uang yang akan dimainkan. Bilamana kelebihan mengeluarkan uang tidak ada akibat dengan struktural keuangan. Tipe pemain judi ini, melihat hanya sebagai bentuk hiburan. Umumnya orang pemain rekreatif.
2. Penjudi yang problem. pemain ini melihat tidak lagi sebagai hiburan. Dia melihat berjudi sebagai tempat pelarian dari problem hidupnya. Bisa karena kesepian, marah pada pasangan, lingkungan kerja atau menyalahkan nasib diri. Maka permaiannya tidak terkendali, lebih dikendalikan oleh perasaannya. Keseimbangan antara waktu mereka pakai untuk main dan untuk kehidupan yang lain jadi kacau. Mereka banyak membuang waktu dan uang untuk judi dan semakin tidak terkendali dan merusak kejiwaannya.
3. Penjudi ketagihan. beberapa pemain hilang kontrol dengan diri sendiri. Mereka sudah jadi ketagihan. Mereka sudah tergantung dengan main judi, pikiran di judi terus. Direk atau indirek. Utang besar, problem di rumah tangga, biar di tempat kerja kan mencari jalan untuk bisa main, apalagi sekarang dengan perjudian lewat internet, untuk mereka menjadi lebih gampang. Mendapat pengeluhan psikis dan fisik. Orang2 yang ketagihan hilang dia punya kesadaran nilai uang. Mereka hanya melihat apa yang mereka menang tetapi yang kalah tidak dipikirkan. Spaning dengan main judi, orang yang sudah ketagihan, sama dengan orang keadaan mabuk dengan minuman. Selama dia main judi, dia lupa semuanya, inklusif dengan akibat judinya.
4. Penjudi Patalogis, adalah pemain judi yang sudah termasuk sakit jiwa, ini mirip dengan pemain ketagihan diatas, tetapi lebih parah karena dia akan stres berat jika tidak melampiaskan keinginannya untuk berjudi, dia akan melakukan segala cara berbohong atau menipu untuk berhutang dan mempertaruhkan hartanya, bahkan keluarganya (biasanya pasangannya) untuk memenuhi keinginannya berjudi. Inilah tipe penjudi yang harus diterapi dan survey menunjukan data 10% dari penjudi adalah penderita judi patalogis ini.
5. Penjudi profesional, kelas ini merupakan pemain yang benar-benar terkontrol jiwa maupun pengeluaran unagnnya. mereka melihat main judi sebagai bisnis, kerja dan rugi sebagai risiko perusahaan.